Jumat, 14 Juli 2017

Hijrah Lelaki





Kutemukan dalam sebuah keajaiban malam,
Tentang kelam kehidupan yang terpaut oleh keagungan Ilahi, 
sang lelaki menemani malam, bersimpuh menegadahkan tangan, 
bercucuran air mata ...memanjatkan munajat-munajat untuk menciptakan pagi yang bersahaja.

Hijrah lelaki, penuh kelam hitam di masa lalu, 
belum menemukan keajaiban…
Hijrah lelaki, penuh dengan langkah letih di persimpangan jalan…….

Dia, Ramadani menemukan malam, dengan keajaiban-keajaiban
Lirih, rintih...maka tak ada lagi nikmat Tuhan yang perlu dipertanyakan
di setiap malam…
Ramadhani menengadahkan tangan, berniat berhijrah, berucap syukur saat matahari mulai mencuat sampai pun hilang di ufuk barat

Senja Ramadani, lelaki yang kini merasa hidupnya lebih berarti
Meski sakit tertatih, tetap menyempatkan pergi menjadi pemanggil waktu
berkunjung ke rumah dengan dinding hijau tua dan kubahnya yang ke-emas-an
Membaca kalam tanpa tajwid, menjadi rutinitas paling efektif 

Senja Ramadani merasa lebih memahami keberadaan waktu…. 
Dia memahami, waktu adalah karun setelah Ibu di alam fana yang penuh dramatikal ini

Ramadani menjaga waktu dengan keteguhan,
mencintai waktu sepenuh hati,
meyakini waktu dapat mengantarkannya pada sebuah pertanda,
firasat semu....dan keagungan malam yang tak lelah memeluk pagi 

Senja Ramadani, kisah hijrah lelaki,
berpindah dari kelamnya ke terangnya
dengan kesederhanan selalu bersyukur menjemput keridhaan Ilahi yang maha daya,
Setiap waktu, setiap hari yang berlalu, setiap menit yang berganti dan sampai nanti...
ketika tak terlihat lagi barisan-barisan manusia dalam penantian hisab

Lelaki penghijrah yang kuyakini dapat mengubah kelam menjadi terang,
Lelaki senja, yang kupercayai dapat merubah hitam-putih menjadi warna-warni, 
sehingga keagungan terhadap-Nya selalu dapat disanjungi,
dengan janji sebagai pengagum, setia dengan waktu, berteman dengan kalam, bermunajat dengan dzikir…..

Hijrah Lelaki, penerang hati, pembasuh jiwa yang sepi ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar