Langit menggema……..
derita tak kunjung usai
juga
Bulir-bulir air mata
menjadi penanda kekejaman tuan-tuan yang bersenjata
Ribuan bayi tak berdosa
telah diterbangkan ke titik langit yang tak kasat mata,
lalu sudahkah kemenangan
tuan-tuan rasa?
Bersama ini kami sampaikan
permohonan perdamaian
Sudah cukup kami meringis
pedih melihat anak-anak kami tuan-tuan tembaki,
Sudah cukup teriris melihat
tanah kami tuan-tuan sekalian duduki
Sudah terlalu lama
kerongkongan ini kami biarkan kering karena kebun-kebun sitrus kami
telah tuan-tuan peras
tak terkendali
Kadang kami merintih,
akankah penderitaan segera diakhiri?
Saat dada terasa sakit,
raga ini selalu saja berusaha bangkit
Bangkit untuk menyuarakan
penegasan bahwa kami juga punya hak asasi!
Saat adzan berkumandang
saat itu pula kekuatan kami terhimpun untuk melawan
Tetapi sekeras-keras
langkah ini untuk melindungi diri sejatinya takkan sampai pada titik tujuan
jika tuan-tuan tetap tak mengikhlaskan kemerdekaan
Sungguh,
Masih belumkah kemenangan
tuan-tuan rasa?
Belum cukupkah penindasan
ini tuan-tuan anggap sebagai derita?
Belum pahamkah tuan jika
dunia ini hanya fatamorgana?
Lantas mengapa tetap
bermuka masam berkepala dua jika hidup dan mati hanyalah kuasa Tuhan
yang maha daya….
Sekuat apa tuan-tuan
menggenggam ideologi buta yang tuan pikir akan mampu merebut kuasa?
Sudahlah,
akhiri saja!
Jika Tuhan saja tak pernah
tuan-tuan anggap ada…
Maka renungkanlah, bukankah
jika mati tuan-tuan tidak akan pernah membawa tanah?
Dengarlah tuan-tuan
sekalian! Kami hanya ingin perdamaian bukan pertikaian yang mengakar seperti
pahitnya kepahitan
Maka tuan akan memilih yang
mana: mengikhlaskan atau membiarkannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar