Kamis, 01 Februari 2018

SURAT PERDAMAIAN




Langit menggema……..
derita tak kunjung usai juga

Bulir-bulir air mata menjadi penanda kekejaman tuan-tuan yang bersenjata
Ribuan bayi tak berdosa telah diterbangkan ke titik langit yang tak kasat mata,
lalu sudahkah kemenangan tuan-tuan rasa?


Bersama ini kami sampaikan permohonan perdamaian
Sudah cukup kami meringis pedih melihat anak-anak kami tuan-tuan tembaki,
Sudah cukup teriris melihat tanah kami tuan-tuan sekalian duduki
Sudah terlalu lama kerongkongan ini kami biarkan kering karena kebun-kebun sitrus kami
 telah tuan-tuan peras tak terkendali
Kadang kami merintih, akankah penderitaan segera diakhiri?
Saat dada terasa sakit, raga ini selalu saja berusaha bangkit
Bangkit untuk menyuarakan penegasan bahwa kami juga punya hak asasi!


Saat adzan berkumandang saat itu pula kekuatan kami terhimpun untuk melawan
Tetapi sekeras-keras langkah ini untuk melindungi diri sejatinya takkan sampai pada titik tujuan jika tuan-tuan tetap tak mengikhlaskan kemerdekaan

Sungguh,
Masih belumkah kemenangan tuan-tuan rasa?
Belum cukupkah penindasan ini tuan-tuan anggap sebagai derita?
Belum pahamkah tuan jika dunia ini hanya fatamorgana?
Lantas mengapa tetap bermuka masam berkepala dua jika hidup dan mati hanyalah kuasa Tuhan
yang maha daya….


Sekuat apa tuan-tuan menggenggam ideologi buta yang tuan pikir akan mampu merebut kuasa?

Sudahlah,
akhiri saja!

Jika Tuhan saja tak pernah tuan-tuan anggap ada…
Maka renungkanlah, bukankah jika mati tuan-tuan tidak akan pernah membawa tanah?

Dengarlah tuan-tuan sekalian! Kami hanya ingin perdamaian bukan pertikaian yang mengakar seperti pahitnya kepahitan


Maka tuan akan memilih yang mana: mengikhlaskan atau membiarkannya?







Tidak ada komentar:

Posting Komentar