Jumat, 22 Desember 2017

[REFLEKSI HARI IBU] CALON IBU HARUS (BISA) BERDIKARI




22 Desember menjadi moment gerakan sayang ibu, di media sosial terlihat bertumpah ruah ucapan selamat untuk para ibu. Namun jika menengok ke belakang, perayaaan nasional tanggal 22 Desember ini diresmikan oleh Soekarno berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 316 Tahun 1959 tepat pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928. Ditetapkannya tanggal 22 Desember sebagai hari ibu tak lain untuk merayakan semangat pergerakan perempuan Indonesia.

Refleksi hari ibu pun sepertinya perlu dimulai dengan menakar kembali perjuangan dan pemikiran perintis pergerakan perempuan Indonesia seperti Laksamana Malhayati, Martha Christina Tiahahu, Raden Ayu Ageng Serang, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Raden Ajeng Kartini, Maria Walanda, Waramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said dan Rahmah El Yunusiah. Ataupun menelaah lagi kesadaran dan semangat yang terlahir dari organisasi-organisasi pemrakarsa Kongres Perempuan Indonesia – Wanita Utomo, Wanita Taman Siswa, Aisyiyah, Wanita Katholik, Poetri Indonesia dan Jong Islamieten Bond Dames (JIBDA). Pada dasarnya perempuan mahfum–tidak akan lari dari urusan dapur, sumur dan kasur. Namun akankah perempuan tetap mendapatkan kesempatan pendidikan yang layak dan ruang gerak di sektor publik serupa dengan lelaki?

Dalam rangka hari ibu pada tanggal 22 Desember (ini) perempuan harus tegas dan berani menentukan arah perjuangan. Apakah hanya ingin sekadar menjadi konco wingking atau lebih dari itu? Namun pastinya pergerakan yang dibuat tak harus sama  juga dengan pahlawan-pahlawan perempuan zaman dulu. Ya Sederhana saja!
Sederhananya perempuan sebagai calon ibu dapat memilih konsep berdikari untuk mengarungi samudera kehidupan masa kini yang sesungguhnya sulit untuk di tebak–penuh teka-teki. 

Konsep berdikari (berdiri di kaki sendiri) bisa dimulai dengan menanamkan jiwa wirausaha dalam diri sejak dini. Bukan apa-apa, calon ibu secara tidak langsung dituntut mempunyai keahlian tertentu pun bahkan dalam hal ekonomi. Calon ibu harus pintar-pintar cari duit sendiri. Jika pahlawan-pahlawan perempuan berupaya dengan segala macam strategi untuk membantu para suami dalam melawan penjajah. Dengan berdikari calon ibu masa kini tanpa sadar telah menciptakan ruang geraknya sendiri dengan mengasah keterampilan yang dimiliki. Bahkan pun (jika diseriusi) gerakan berdikari bisa direpresentasikan dengan memiliki bisnis sendiri. Paling tidak di saat jadi istri sudah bisa membantu suami dalam perekonomian keluarga. Calon ibu memang sudah seharusnya berpikir bagaimana mempersiapkan diri untuk membantu sang suami (terutama dalam hal ekonomi).

Tuntutan hidup yang semakin meninggi, bahan pangan yang harganya sulit diprediki lagi-lagi menjadi alasan yang kuat mengapa perempuan dalam hal ini calon ibu harus bergerak. Sinergitas perempuan dan lelaki memang diperlukan disini.

Calon ibu yang berdikari adalah cerminan ibu yang tangguh–memiliki jiwa petarung. Jika semua calon ibu sudah bisa berdikari maka dipastikan dapur akan tetap ngepul (berasap)–pertanda kesejahteraan mulai terlihat.

Merefleksi hari ibu bukan hanya dengan ucapan selamat. Lagi-lagi memperingati hari ibu tak sekadar dengan mem-posting foto, pelukan dengan ibu atau sedang menciumi kening ibu tetapi marilah mulai dari sini. Mari mulai menakar perjuangan pergerakan perempuan Indonesia kemudian dihayati dan diimplementasikan dalam tataran se-sederhana mungkin seperti sederhananya kata impian berikut ini, “papa, mama tak akan minta pulsa lagi”–karena sejatinya mama bisa membeli pulsa sendiri.

Ataupun jika ingin memilih lebih berarti perjuangan-nya maka marilah kita memaknai sepenggal kata dari RA Kartini berikut ini “Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba, karena kamu selangkah lagi untuk menang”. Perempuan berdikari. Calon ibu harus bisa berdikari. Sebaik-baiknya calon ibu harusnya belajar hidup mandiri sejak dini. Tunggu kapan lagi?



Ket: Foto adalah dokumentasi Pribadi Penulis (1) Lokasi Kandang Ayam Broiler LMP (Lembaga Mitra Peternakan, Indonesia Maluku Utara) (2) Caffe Verbond Jalan Pertamina Gambesi Kota Ternate






Tidak ada komentar:

Posting Komentar