Air mata bercerita…
Bukankah kita adalah perempuan-perempuan pendosa?
dengan mudahnya menelanjangi badan hanya karena tawaran fanatisme buta
Cinta yang bukan cinta sebenarnya
Air mata berbicara,
Kapan kesucian itu melekat dalam diri manusia?
Bukankah hanya sebatas saat tangisan pecah dan saat itu pun berakhir sudah – tak lekat
Kenapa begitu terlihat gagah saat menggugat karma?
Padahal, ketakwaan hanya selembar selaput perawan yang teramat tipis
Kenapa begitu terlihat bangga saat menggugat karma?
Padahal, antara surga dan neraka sungguh terpendam jauh diantara lautan-lautan kerahasian sang Maha Daya
Lalu,
pantaskah kita tetap menimbang-nimbang dosa?
Pantaskah kita terjerambab dalam lubang-lubang bahagia karena merasa tak bernoda?
Bukankah kita juga tak pandai membaca kitab?
Lantas, atas alasan apa kita bisa mendongak?
Air mata berlinang diantara dusta…
Karma tak pernah menuntaskan cerita, Endingnya hanya syukur bersahaja..
Jika hanya karma yang kita harapkan dalam semenjana cerita, lalu apakah ini pertanda: kita ingin menduakan Dia?
Kita hanya perempuan-perempuan pendosa!
Apakah kau merasa?
Atau mungkinkah hanya aku saja?
Sudahlah, Jangan jadikan lelah menggerogoti diri hanya untuk menuntut karma,
Sebab sedih yang mengundang karma hanya menambah luka sukma
Sejatinya,
Perempuan–tak layak menggugat !
Kita hanya manusia biasa…. Tak layak menggugat karma !
Biarkanlah Dia bercerita……
Biarkan kita menikmati alurnya
Biarkan saja.........
Bukankah kita adalah perempuan-perempuan pendosa?
dengan mudahnya menelanjangi badan hanya karena tawaran fanatisme buta
Cinta yang bukan cinta sebenarnya
Air mata berbicara,
Kapan kesucian itu melekat dalam diri manusia?
Bukankah hanya sebatas saat tangisan pecah dan saat itu pun berakhir sudah – tak lekat
Kenapa begitu terlihat gagah saat menggugat karma?
Padahal, ketakwaan hanya selembar selaput perawan yang teramat tipis
Kenapa begitu terlihat bangga saat menggugat karma?
Padahal, antara surga dan neraka sungguh terpendam jauh diantara lautan-lautan kerahasian sang Maha Daya
Lalu,
pantaskah kita tetap menimbang-nimbang dosa?
Pantaskah kita terjerambab dalam lubang-lubang bahagia karena merasa tak bernoda?
Bukankah kita juga tak pandai membaca kitab?
Lantas, atas alasan apa kita bisa mendongak?
Air mata berlinang diantara dusta…
Karma tak pernah menuntaskan cerita, Endingnya hanya syukur bersahaja..
Jika hanya karma yang kita harapkan dalam semenjana cerita, lalu apakah ini pertanda: kita ingin menduakan Dia?
Kita hanya perempuan-perempuan pendosa!
Apakah kau merasa?
Atau mungkinkah hanya aku saja?
Sudahlah, Jangan jadikan lelah menggerogoti diri hanya untuk menuntut karma,
Sebab sedih yang mengundang karma hanya menambah luka sukma
Sejatinya,
Perempuan–tak layak menggugat !
Kita hanya manusia biasa…. Tak layak menggugat karma !
Biarkanlah Dia bercerita……
Biarkan kita menikmati alurnya
Biarkan saja.........
0 komentar:
Posting Komentar