Senin, 17 Februari 2020

Menjelajahi Sumedang, Melihat Potensi Agroeduwisata di Tanah Pasundan

Sumedang bukan Sekadar Kota Tahu

Es lilin mah ceu-ceu buatan Bandung
Es lilin mah akang kalapa muda…

Lagu tradisional Sunda yang pernah dipopulerkan Nining Meida terdengar jelas di telinga kala pagi belum benar-benar menyala. Matahari masih setengah naik. Namun kemerduan alunan musik Jaipongan ini menjadi pembakar semangat para petani di tengah pematang sawah. 


Pematang Sawah di Desa Gudang, Tanjung Sari Sumedang [dokpri, 2016]

Dari kejauhan, tepat di balkon atas rumah saya melihat beberapa petani. Ada yang baru saja menuju pematang sawah sembari menenteng bakul. Ada pula yang sementara menanam. Di sisi lain, di saung yang beratapkan daun-daun kelapa terlihat ibu tani sedang menyiapkan makan pagi. Sungguh pemandangan yang asri. Betapa tidak, di tempat saya dibesarkan, Ternate jarang ditemui pemandangan semacam ini.

Perjalanan menjelajahi Sumedang merupakan bagian dari rencana riset/penelitian yang akan saya lakukan di pertengahan 2015 hingga 2016 di tanah Pasundan. Selama riset berlangsung saya dibolehkan tinggal di rumah Pembimbing di kecamatan Tanjung Sari tepatnya di desa Gudang. Disini, saya mulai mengenali Sumedang dengan limpahan potensi yang eksotis dan juga ekonomis. 

Desa Gudang, Tanjung Sari adalah salah satunya. Desa ini memiliki luasan 165,5 Ha dengan jumlah penduduk 4.482 jiwa. Panganan Sale Pisang juga diproduksi di desa yang berbatasan sebelah utara dengan Desa Pasigaran dan Sukawangi ini. Sementara untuk wilayah sebelah timur dan selatan berbatasan dengan desa Citali dan Margajaya. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Margaluyu dan Jatisari. Yang menarik, sebagian besar luasan wilayah desa ini adalah lahan pertanian mencapai 56,5 ha. 

Kebun Jagung di Desa Gudang, Tanjung Sari Sumedang [dokpri, 2016]

Luasan tanah di desa yang sejuk ini ditanami tanaman padi. Petani juga menanam Jagung, pisang dan umbi-umbian. Hasil pertanian ini menjadi komoditas yang menjadi penopang ekonomi keluarga. Wajar saja, data mencatat bahwa dari 4.482 penduduk desa Gudang ada 1.100 orang yang bermata pencahrian sebagai buruh tani.   

Kondisi geografis desa dengan ketinggian tanah 856 m dari permukaan laut menjadikan alam Tanjung Sari Sumedang cocok dijadikan tempat peristirahatan bagi keluarga yang menetap di pusat kota. Saya hampir setiap minggu bertandang ke Sumedang dari Bogor. Kesejukan terasa, kepenatan seperti terlepas bersama angin yang berhembus.

Sektor pertanian di desa Gudang, Tanjung Sari terlihat tak kalah dengan desa lainnya di Sumedang. Hal ini menjadi signal bagi pemangku kebijakan untuk senantiasa menjadikan komoditas pertanian sebagai barang unggulan guna meningkatkan ekonomi masyarakat. 

Jika menilik pada identitas Sumedang yaitu kota tahu, ternyata tidak serta-merta menyamaratakan semua desa di Sumedang untuk memilih 'tahu' sebagai satu-satunya produk yang bernilai ekonomis. Potensi pertanian pun tak boleh diabaikan. Karena dapat menopang perekonomian masyarakat setempat jika dikelola secara arif dan bijaksana. 

Padi yang dijadikan beras sebagai bahan pangan sehari-hari. Jagung yang terkadang dibuat sebagai campuran nasi. Juga ada pisang yang dapat dijadikan jajanan berupa sale. Tak hanya itu, keberadaan ubi madu atau ubi Cilembu juga dapat mendatangkan pundi-pundi rupiah. Ubi Cilembu merupakan kultivar ubi jalar ras lokal asal kecamatan Pamulihan, Sumedang yang digadang-gadang menjadi primadona di mancanegara. 

Sebagaimana dilansir Republika.co.id bahwa pada tahun 2018 lalu, ada 10 ribu ton ubi jalar Cilembu yang diekspor baik dalam bentuk segar, beku maupun olahan. Meskipun merupakan tanaman khas desa Cilembu, ubi yang biasanya disantap setelah dipanggang satu sampai dua jam ini juga ditemukan di daerah Sumedang tepatnya di desa Tanjung Sari. 

Melihat Potensi Agroeduwisata Sumedang

Tak hanya komoditas pertanian yang cukup potensial. Sumedang pun menawarkan potensi wisata alam yang tak kalah eksotis dengan daerah lainnya di tanah Pasundan. Senada dengan syahdunya alunan angklung dan kecapi yang terdengar dari radio-radio tua yang dibawa oleh Petani di tengah pematang sawah. 

Di sela-sela menyiapkan sampel penelitian, mengolah data dan melakukan analisa saya tak mau memberikan ruang kosong untuk tidak menikmati keindahan Sumedang. Seperti di suatu minggu pagi, saya diajak Pembibing dan keluarga untuk mengunjungi wisata alam Pangjugjugan di Kecamatan Cilembu Sumedang. 

Peta Kawasan Wisata Alam Panjugjugan Desa Cilembu, Pamulihan Sumedang [dokpri, 2016]

Panorama alam yang begitu bersahaja menjadikan diri lupa pada sekelumit data yang sulit untuk dianalisa. Hijaunya pepohonan pinus cukup menyejukkan mata, menambah kebahagiaan dalam jiwa. Wisata Alam Pangjugjugan menawarkan wisata alam, ekowisata dan wisata edukasi. Layak dikunjungi!

Lokasi Wisata Alam Panjugjugan Desa Cilembu, Pamulihan Sumedang [dokpri, 2016]

Adapun wisata yang bisa dikunjungi diantaranya kebun pinus, area permainan anak, teras pohon, taman firdaus, embung, curug buatan, kandang kerbau dan koleksi flora dan fauna lainnya. Selain itu ada juga wahana wisata seperi flying fox, kolam renang, becak mini, berperahu dan kolam terapi ikan. 

Wahana Outbound di Wisata Alam Panjugjugan [dokpri, 2016]

Saya dan keluarga pembimbing yang datang sejak pagi juga dengan segera berkeliling Panjugjugan dan menikmati udara segar di wisata alam yang cukup terjangkau ini. Untuk masuk ke lokasi wisata kami hanya membayar Rp 40 ribu untuk empat orang.

Tak kalah dengan HTM yang tak merogoh kantong dan menyenangkan hati. Pagi itu juga membawa kesenangan dan keceriaan bagi teteh Ausie, gadis kecil SD kelas II kala itu yang sangat menikmati wahana outbound di Panjugjugan. Teteh Ausie dan saya juga menyempatkan memberi makan kerbau dan kuda yang ada di kandang. 

Menikmati panorama alam di Panjugjugan [dokpri, 2016]

Agroeduwisata Penopang Ekonomi Masyarakat Sumedang

Potensi di Kabupaten Sumedang begitu kompleks sehingga perlu disinergikan antara satu dengan yang lainnya. Bertolak pada secuil pengalaman menjelajahi Sumedang, maka potensi Agroeduwisata pun dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan perekonomian masyarakatnya.

Merujuk pada Riyani (2005) bahwa konsep agroeduwisata merupakan kegiatan wisata untuk tujuan studi yang dapat memberi pengetahuan dan pengalaman tentang alam pertanian melalui ilmu-ilmu pertanian yang mencakup pertanian bercocok tanam, peternakan, perikanan dan kehutanan.

Walhasil jika kekayaan alam juga potensi pertanian yang maha kaya di Sumedang disinergikan dengan baik juga dikombinasikan dengan konsep Agroeduwisata maka bukan tak mungkin akan memberikan kejayaan di tanah Pasundan. Terutama, pada peningkatan ekonomi masyarakat Sumedang yang ramah tamah.

Pada akhirnya keindahan di tanah Pasundan khususnya kabupaten Sumedang tak hanya sekadar terdengar dari lagu-lagu Jaipongan tetapi juga pada realitas masyarakatnya yang humanis dan bersahaja. 

Referensi: 

Riyani (2005) dalam Iswoyo, Rivananda, Triana dan S. Andry. Potensi Pengembangan Kawasan MOI sebagai RTH Hutan Kota dan Kawasan Agroeduwisata Perkotaan. Hasanuddin Student Jurnal . Vol 1 (1): 22-33. 2017. [diakses pada 15 Februari 2020]

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gudang,_Tanjungsari,_Sumedang [diakses pada 14 Februari 2020]

https://republika.co.id/berita/pzu32p423/ubi-cilembu-sumedang-primadona-mancanegara [diakses pada 15 Februari 2020]

http://wisatapangjugjugan.com/wisata/ [diakses pada 15 Februari 2020]

Catatan: Tulisan diikutsertakan pada Lomba Menulis "Writingthon Jelajah Sumedang"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar