Sabtu, 05 September 2020

Melihat Kemitraan Great Giant Livestock dengan Peternakan Rakyat

 

https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/1200x-/news/2020/09/dcfd87e8379ee7ce3749f068e00fa4be.jpg

Cerita Kelompok Ternak Limousin Astomulyo

Great Giant Livestock yang selanjutnya familiar dengan GGL bergerak di bidang peternakan sapi. GGL tidak hanya berperan sebagai aktor tunggal dalam penyediaan daging maupun susu segar melainkan juga membangun kemitraan dengan masyarakat. Kemitraan bersama peternakan rakyat, salah satunya Kelompok Ternak Limousin Astomulyo, Panggur Lampung, Indonesia.

Kelompok ternak yang diketuai oleh bapak Sarjono memiliki visi membangun usaha kelompok Tani Ternak yang berkualitas berbasis kewirausahaan untuk kemakmuran dan memerdekakan finansial dan bermartabat. Sementara misinya yaitu menjaga amanah dengan nilai-nilai berbisnis bersama Tuhan; memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan kualitas SDM dan membangun wadah yang kuat agar mempunyai posisi tawar.

Sejarah bergabung dengan CSV GGL, dimulai tahun 1992 namun kala itu bersama Kelompok Brahman. Kelompok ini merupakan generasi pertama yang mana dikelola oleh para tetua. Kala itu mereka memiliki pandangan untuk memanfaatkan ternak sebagai unit usaha desa. Sektor peternakan diharapkan dapat menopang ekonomi masyarakat selain dari sektor pertanian.

Selanjutnya dilanjutkan oleh generasi kedua yaitu kelompok Limousin yang bergabung sebagai Mitra PIR Swadana beranggotakan 16 orang dengan populasi 150 ekor sapi. Kemudian pada tahun 2012 sampai 2018 melakukan kerjasama dengan PT GGL dalam program PIR Wiener Gaduh. Dan kini tahun 2020 memiliki anggota 85 orang dengan populasi 1500 ekor sapi dengan program Kemitraan PIR Swadana dimana valuasi mencapai 20 Milyar.

Pola kerjasama yang dibangun dengan sistem Plasma Inti yaitu pemberian fasilitas kepada Plasma atau mitra binaan. GGL juga memberikan permodalan atau akses modal, manajemen pakan, obat-obatan, pemasaran dan tenaga kerja. Peternak penggemukan sapi yang telah memiliki fasilitas sesuai standar. Dalam kerjasama Kelompok Mitra diharapkan bersedia mengikuti aturan atau MOU yang telah disepakati.

Sumber: Youtube GGL, 2020


Mekanisme kemitraan yaitu inti sebagai induk usaha menyedikan sapi yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan GGL untuk selanjutnya dilanjutkan pada tahan teknis awal kerjasama. Sapi-sapi tersebut dipasang
eartag, ditimbang awal kemudian diperlihara dengan pemberian pakan yang cukup, diberikan obat-obatan. Peternak pada tahap ini juga perlu menyiapkan dokumen pendukung seperti KTP, NPWP dan kopian buku rekening untuk proses pembayaran.

Dalam pola kerjasama ini, peternak mendapat asupan pakan berupa limbah dari kulit nenas yang telah diproses atau dihaluskan. Peternak akan mendapatkan pakan secara bertahap. Adapun pakan utama yang diberikan yaitu kulit nenas, konsentrat dan makanan pendukung seperti SBM.

Pemberian pakan setiap harinya meliputi kulit nenas antara 30 sampai 40 kg per ekor. Konsentrat 5 sampai 6 kg per ekor juga SBM (Soya Been Meal) diberikan sebanyak 0,5 kg per ekor per hari. Harapannya akan ada pertambahan bobot badan sebesar 0,8 sampai 1 kg per ekor/hari.

Kerjasama semacam ini berlangsung antara empat sampai enam bulan. Selain pakan, peternak juga diberi obat-obatan seperti obat cacing, antibiotik dan vitamin. Kemudian setelah masa panen, pembeli akan datang sendiri melalui fasilitas dari GGL. Selanjutnya setelah seminggu akan ada pencairan dana dari hasil penjualan tersebut. Yang menarik adalah ada catatan potongan pajak. Jadi secara tidak langsung GGL memberikan ruang bagi peternak untuk berinteraksi langsung dengan pihak perbankan juga melatih untuk menjadi mitra yang taat pajak.

Adapun hal positif dari sistem CSV yaitu terciptanya simbiosis mutualisme. Peternak juga tidak hanya sekadar menjadi take over tapi juga berperan sebagai capasity building. GGL memberikan ruang kepada peternak, dilatih untuk menjadi lebih mandiri dan berdaya. Sehingga kedepan peternak tidak hanya bergantung pada GGL tetapi memiliki posisi tawar yang tinggi baik pada perbankan selaku kreditor maupun pada customer.

Pak Sarjono menyadari peternak bukan hanya mengalami kendala dalam akses permodalan saja, tetapi juga dalam pengembangan SDM. Sehingga kerjasama yang dibangun dengan GGL memerikan dampak yang baik ke arah itu. Peternak diberikan penguasaan materi tentang pengelolaan pakan dan pengelolaan finansial.

Hal yang mendasar adalah bagaimana merubah mindset peternak dari yang terbiasa dengan manajemen tradisional ke arah businnes and profit oriented. Revolusi mental digadang-gadang menjadi hal utama yang perlu dibangun dalam memulai pola kerjasama ini. Peternak merasa program pemberdayaan yang dilakukan GGL sudah tepat sasaran.

GGL bukan hanya sekadar filantropi tetapi mendampingi sehingga peternak memiliki kemampuan dalam mengelola peternakan. Dalam kerjasama ini juga ditanamkan prinsip “pagar mangkok lebih kuat daripada pagar tembok”. The miracle of giving yan mana kekuatan memberi diyakini dapat memperkokoh usaha yang dijalankan sehingga dapat terjalinnya sinergitas yang harmoni.

Sumber: Youtube GGF 2020


Dampak positif dari transformasi CSR (Corporate Social Responsibility) dan CSV (
creating shared value) adalah insipirasi positif. Kerjasama yang telah dibangun dengan GGL membuat sektor peternakan yang selama ini dilihat sebagai usaha sampingan dan tidak prestisius kini diminati oleh kalangan muda. Peternakan dinilai dapat memberikan solusi karena dapat membangkitkan perekonomian desa sekaligus dapat membangun negeri.

Kaula muda yang tergabung dalam Kelompok Limousin selanjutnya memiliki tupoksi sebagai manajer pakan, manajer operasional, marketing dan konsultan. Kelompok peternakan kini didukung oleh tim yang memiliki etos kerja untuk mengembangkan lapangan kerja baru di desa. Dan harapannya binaan dari GGL ini kedepannya dapat bekerja secara mandiri tidak sekadar business oriented tetapi juga dapat membawa misi sosial.

Menakar kemitraan GGL dan  Kelompok Limousin

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa kerjasama yang dibangun oleh GGL adalah dengan memberikan suplai pakan kepada peternak. Adapun pakan ini berasal dari olahan kulit nenas yang merupakan limbah dari hasil produksi dari GGF atau Great Giant Foods yang bergerak dalam produksi dan pemasaran buah segar.

Zero waste atau sistem nol limbah merupakan solusi tepat yang dilakukan GGL terhadap mitra. Mengingat untuk usaha peternakan sendiri memiliki kendala dalam penyediaan pakan. Sementara untuk menjalankan produksi, pakan memegang peranan hampir 70%. Limbah yang dijadikan olahan untuk pakan ternak dapat membantu mengurangi biaya produksi dan dapat meningkatkan pendapatan bagi peternak.

Kemitraan yang termaktub dalam UU No. 20/2008 adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak lagsung, yang berlandasakan pada prinsip saling memperkuat dan saling menguntungkan  yang meibatkan pelaku usaha mikro, kecil, menengah dengan pelaku usaha besar.

Adapun pemenuhan prinsip kemitraan adalah interdependent atau saling memerlukan. No exploitation atau saling mempercayai, selanjutnya strengthen atau saling memperkuat dan sharing profit yaitu saling menguntungkan. Prinsip ini perlu dijalankan untuk dapat membangun kemitraan yang berkelanjutkan.

Hal tersebut didasari dari kompleksnya permasalahan yang dihadap petani atau peternak kita. Diantaranya seperti permasalahan tidak adanya kepemilikan lahan, masalah sistem perdagangan, finasial, infrastruktur yang belum memadai, SDM, sistem informasi hingga produktivitas. Hal ini juga diperparah dengan panjangnya rantai pasok dalam bisnis peternakan sehingga peternak terkadang tidak mendapat keuntungan.

Sumber: Youtube GGL, 2020


Kemitraan menurut GGL merupakan sesuatu yang possible but not easy and takes time. Kemitraan bukan sesuatu yang mudah tetapi possible atau mungkin. Petani atau peternak adalah subjek bukan sekadar objek yang hanya bersifat menerima. Petani/peternak harus diberdayakan agar bisa berinovasi dan mandiri sehingga dapat mengelola peternakan secara berkelanjutan.

Pada intinya Great Giant Livestock mengedepankan sinergitas untuk pengembangan bidang peternakan. GGL sangat support untuk pengembangan sosial ekonomi petani peternak. Harapannya peternakan dapat menjadi salah satu sektor penyangga ekonomi masyarakat. Khususnya bagi masyarakat yang berada dalam lingkup CSV Great Giant Livestock yaitu Kelompok Ternak Limoussin itu sendiri.  

Tulisan diikutsertakan pada:

Sumber: GGF, 2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar