“Donat....
donat...donat”
“Ada donat cokelat,
ada donat keju juga ada donat original”
“Mari belanja......”
teriak Yuniqa seraya merayu-rayu pembeli
[Sumber] |
Yuniqa mahasiswi asal Magelang ini
menjajakkan jualannya dengan semangat empat
lima di depan Asrama Putri Kampus Independensia Hijau (KIH).
Jejeran mahasiswa yang berjualan di
sepanjang trotoar depan Asrama putri menjadi
pemandangan menarik sepanjang pagi hari.
Masyarakat umum yang kebetulan melewati
Asrama untuk jalan-jalan pagi pun menjelma menjadi pembeli donat di kampus
Hijau ini.
Atmosfer wirausaha terasa sekali, pantas
saja jika KIH dinobatkan sebagai trade
center wirausaha Indonesia. Secara tidak sadar roh-roh wirausahawan pun
diam-diam merasuk kedalam raga mahasiwa-mahasiswa nya.
Jika berkesempatan melancong kesana, kita
bisa terbelalak terpesona melihat beragamnya jenis usaha di kampus hijau ini.
Ada Mall KIH, giant petshop KIH, Centra batik Nasional KIH, Apotek hidup KIH sampai
pada Pusat Obat tradisional dan jamu KIH. Tidak hanya itu selain terkenal
dengan wirausahanya KIH juga dilabeli kampus dengan kualitas riset tertinggi di Indonesia.
**
Menjual donat adalah pilihan sebagian
mahasiswa-mahasiswa KIH. Tinggal di samping ibukota negara menjadikan biaya
hidup keseharian cukup mencekik. Jika tidak memutar otak untuk mencari rupiah,
bisa-bisa jadi gembel. Menjual donat menjadi salah satu pilihan diantara
beragam pilihan yang ada. Mahasiswa KIH pun banyak yang mendadak jadi penjual
bunga, jika ada seremoni wisuda di Gedung Agria Lencana setiap bulannya. Jika
tiba saatnya pelataran Agria Lencana ramai seperti semerbak bunga bemekaran di
taman-taman. Tidak jauh dari KIH terdapat kebun bunga. Kebun ini memanen ribuan
tangkai bunga mawar, melati dan lavender tiap harinya. Mahasiswa biasanya
membeli dengan harga 500 rupiah per tangkai dan kemudian bisa dijual dengan
harga 2000 sampai 2500 per tangkai.
Serupa dengan mawar, mahasiswa-mahasiwi
penjual donat ini biasanya menjual donat seharga 2000 rupiah yang mana mereka
mendapatkan keuntungan 600 per buah. Lumayan, Yuniqa sehari bisa menjual 35
sampai 50 buah donat, alhasil setiap minggunya Yuniqa bisa membeli buku-buku
teks basic keilmuannya. Cukup berat terasa jika memilih tidak berjualan,
sebagai anak petani Yuniqa harus berpikir mencari penghasilan lain agar bisa
membeli buku, menge-print tugas dan pemenuhan beberapa hal-hal lainnya. Sebagai
anak sulung Yuniqa cukup malu jika harus bersua lewat telepon hanya utuk
mengeluhkan kondisi tersebut pada keluarga. Yuniqa sudah besar, yuniqa memahami
pentingnya berdikari (berdiri di kaki sendiri, red).
**
Hari ini KIH ramai sekali, 1500 mahasiswa
Diploma diwisuda di Gedung Agria Lencana. Yuniqa memberanikan membeli 100 donat
untuk hari ini. Yuniqa tidak sendiri, kali ini dia ditemani Aninditha gadis
Jawa yang tinggal di Sulawesi Tenggara. Yuniqa sekarang menjadi teman kelas
Aninditha. Karena pamannya beralih tugas ke tanah Jawa Aninditha pun harus
merelakan berpindah belajar di KIH. Aninditha dibesarkan oleh adik dari ayahnya
semenjak dia masuk SMA.
Meskipun belum seminggu mengenal Yuniqa,
hati Aninditha sepertinya sudah tepaut
padanya. Aninditha merasa seperti adik Yuniqa sendiri. Keperibadian mengayomi,
kelemahlembutan juga semangat hidup yang tinggi menjadikan Aninditha cukup
berbahagia meskipun harus jauh dari orang tua kandungnya. Mama Aninditha
berasal dari suku Jawa sedangkan papanya asli Sulawesi Tenggara.
“Mari donatnya, mari
donatnya” teriak halus Aninditha
“Donat-donat” teriak
keras Yuniqa
Donat sebanyak 5 nampan sampai pukul
10.00 laku keras, banyak sekali peminatnya. Pelataran Gedung Agria Lencana
dipenuhi keluarga wisudawan. Anak-anak kecil yang lebih dominan membeli donat
cokelat. Terlihat dari kejauhan wajah anak-anak itu belumuran cokelat dan misis
dari donat yang dimakan mereka.
“Lihat kak, anak
boboho itu” bisik Aninditha seraya menunjuk ke arah anak yang pipinya seperti
bakpau.
Yuniqa cekikikan tak
karuan melihat wajah boboho berpipi bakpau itu.
**
Setahun berlalu, kini Aninditha dan Yuniqa telah disibukki tugas akhir
kuliah, orang sering menyebutnya skripsi. Rutinitas berjualan donat divakumkan
sementara.
Setengah tahun sebelumnya perjumpaan
Aninditha dan Yuniqa juga terbilang jarang. Meskipun sekelas, lokasi penelitian
keduanya tak seragam. Yuniqa mengambil konsentrasi pakan ternak unggas. Yuniqa
menghabiskan waktunya di lab untuk mengotak-atik formula pakan. Sedangkan Aninditha
mengambil konsentrasi pengembangan ternak lokal yang mengharuskannya
menjelajahi beberapa lokasi untuk melakukan pengamatan. Sederhananya Yuniqa in indoor
dan Aninditha in outdoor.
Selepas turun lapang keduanya melanjutkan
pada titik fokus selanjutnya yaitu melakukan analisa terhadap data lapangan,
menginterpretasikan data kemudian berusaha pelan-pelan membahasakannya dalam
kumpulan kalimat, paragraf sampai membentuk suatu kerangka tulisan yang rapi. Tantangan
terberatnya karena kesemuanya merupakan hal yang baru digeluti. Sepertinya mereka
lebih menjagoi hitung-hitungan presentase laba dalam penjualan donat per
minggu, per bulan sampai per tahun dibandingkan jabaran rumus yang rumit dan
tak ada ujung pangkalnya.
**
Tak terasa masa-masa kritis yang
membutuhkan totalitas jiwa dan tenaga pun terbayar lunas dengan pengumuman
kelulusan dan seremoni wisuda. Aninditha dan Yuniqa tak percaya mereka akan
sampai pada tahapan ini, tak terkira tangga ini pun mereka pijaki. Terekam
dengan jelas rutinitas menjajakkan donat di pagi hari. Trotoar Asrama Putri, pelataran
Gedung Agria Lencana yang biasanya ditempati untuk membuka lapak, menjual donat
dan menawarkannya pada semua yang lewat kini berubah menjadi jalan yang mengantarkan mereka pada
ruang kemenangan. Ya, di Ruang ini mereka diwisuda, Aninditha dan Yuniqa resmi
meraih gelar sarjana. donat yang membesarkan mereka, donat memberikan ribuan
pelajaran hidup, akan kerja keras, sikap optimis, keuletan juga kekuatan rasa
syukur. Maha suci pencipta alam tak akan pernah menukarkan segala sesuatunya. Kini
hari ini, Aninditha dan Yuniqa diwisuda di dalam ruang kemenangannya.
Setelah menyanyikan mars KIH, air mata
Yuniqa dan Aninditha jatuh sederas-derasnya.
Air mata itu bukan penanda laba penjualan
donat yang meroket tapi karena mereka akan sampai pada perpisahan dalam ruang yang sebenar-benarnya.
Di sudut ruangan itu Aninditha dan Yuniqa
berpelukan, cukup dalam.
“Aku menyayangimu kak”
bisik Aninditha dengan suara lirih.
0 komentar:
Posting Komentar