Hidup adalah sebuah pencarian: kita, harus terus berjalan. Bergerak dan berbahagia, tetaplah membuka hati untuk saling memaafkan.

[Cerita Fiksi - Keragaman Kita] Egrang dan Bakiak dalam Keragaman Kita

Hari ini kami, siswa-siswi SMP Insani Nusantara sangat berbahagia. Kebahagiaan ini merupakan perwujudan dari 100% kelulusan kami plus ragam hadiah yang kami dapatkan karena hampir sebagian siswa-siswi SMP kami memperoleh nilai tertinggi di Ujian Akhir Nasional. Sebut saja Afi yang memperoleh nilai tertinggi mata pelajaran IPA, ada Andrian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Yoseph pada mata pelajaran Matematika. Aneke teman kami dari Nusa Tenggara juga berhasil menjebol ruang-ruang kemenangan dalam UAN tingkat Nasional tahun ini. Sanjungan, puja-puji terlimpahkan untuk kami atas kemenangan yang sesungguhnya di luar dari dugaan.

Meskipun sebenarnya kepenatan pun juga kami rasakan. Bayangkan saja Try out kesatu yang dimulai Februari tepatnya hampir empat bulan lalu dan Try out ketiga di akhir bulan Maret cukup menguras energi. Pun terhitung sejak November tahun lalu, Pengelola Sekolah Insani Nusantara gencar membuka kelas khusus dengan bentuk BIMBEL (baca; bimbingan belajar) untuk memperkuat fondasi menyambut UAN yang cukup misterius bagaikan dinosaurus kelaparan di Film-film anak pada Minggu pagi.

Perlu diketahui, SMP Insani Nusantara merupakan salah satu sekolah swasta semi kedinasan yang terletak di Indonesia bagian tengah. Keberagaman adalah warna dari sekolah yang punya baju khusus berwarna cokelat susu (coksu) dengan atasan kemeja kotak-kotak hitam ini. Kenapa keberagaman adalah warna? Ya perekrutan calon siswa/i dilakukan dengan memilih putera-puteri terbaik dari seluruh daerah di Indonesia.

Kebahagiaan kami siswa-siswi SMP Insani Nusantara semakin diperlengkap dengan banyaknya seremoni yang digalakkan pihak pengelola sekolah untuk merayakan kelulusan kami. Satu angkatan ini, hanya ada 33 orang yang secara tidak langsung merupakan perwakilan siswa/i terbaik atau putera-puteri terbaik di seluruh Indonesia, mulai pulau Weh sampai ke timur Indonesia membentang menyeluruh sampai wilayah 3T (baca; Terluar, Tertinggal dan apa yang satunya saya lupa hehehe).

**

Terlebih menarik adalah pagelaran permainan tradisional yang juga dirangkaikan dengan seremoni kelulusan. Minggu pagi di akhir bulan juni nanti akan diadakan Lomba egrang dan bakiak khusus untuk angkatan kami sungguh persembahan manis yang juga menggelitik dari pengelola sekolah. Aku tidak bisa membayangkan keramaian saat pemain egrang harus terjatuh berkali-kali untuk memainkan kaki menuju garis finish. Sepertinya tawa pingkal dari penonton akan meramaikan lapangan di minggu pagi nanti, bayang-ku sembari senyum-senyum sendiri.

Anak-anak bermain Egrang [sumber]

Aku, Siti Rafika berasal dari Padang Pariaman harus belajar maksimal dari Yoseph sang juara matematika itu. Kelihaian Yoseph memainkan egrang tidak perlu diragukan lagi, kemampuannya disebabkan karena kaki-nya keseringan berjalan menyusuri bukit, lembah untuk pergi sekolah. Kabarnya, jarak Sekolah Dasar tempat Yoseph bersekolah dulu amat jauh dari rumahnya yang terletak di ujung barat Papua. Sehingga berjalan cepat pun juga lari marathon ada keahlian Yoseph apalagi jika hanya memainkan egrang di medan yang aman seperti di lapangan sekolah kami. “Itu hanya ‘ujung kuku’” jawab Yoseph dengan remeh, artinya “masalah kecil yang gampang untuk dieksekusi”.

**
Sebelum kami memulai lomba permainan tradisional pada minggu pagi itu, kami diberi sedikit wejangan dari pengelola sekolah yang juga merupakan Panitia penyelenggara seremoni kelulusan angkatan kami.

“Ya anak-anak SMP Insani Nusantara sekalian yang bapak cintai, sebelum memulai perlombaan ini izinkan bapak untuk sedikit bercerita”
“Lomba permainan tradisional ini ditimbang perlu untuk dilakukan. Kami melihat kalian harus “having fun”, kalian butuh hiburan. Ujian sangat menyita waktu, tenaga dan pikiran” ungkap bapak Riyadi (Kepala Konseling SMP Insani Nusantara).

Pak Riyadi melanjutkan
“permainan egrang dan bakiak dipilih pun bukan tanpa alasan, ada makna tersirat yang sejatinya kami selipkan. Namun sebelum membeberkannya marilah kita mendengar penyampaian sejarah sampai teknik permainan egrang yang akan disampaikan langsung oleh ibu Larasati.....”

“beri tepuk tangan untuk ibu larasati” lanjut pak Riyadi
Yang disusul dengan tepukan gemuruh menyambut ..........
**

“Anak-anakku yang sangat saya cintai dan saya banggakan demikian Egrang ini merupakan salah satu permainan tradisional Jawa Barat atau suku Sunda. Meskipun masih sering ditemui tetapi bermain egrang tidak mudah, sudah jarang yang bisa memainkan permainan ini”

“Permainan egrang ini juga sering dijadikan salah satu perlombaan dalam acaran 17 Agustusan. Prinsip permainan egrang ini adalah menguji keseimbangan tubuh kamu, yang berdiri diatas bambu”
“Egrang adalah permainan yang menggunakan alat dari 2 batang bambu, masing-masing bambu berukuran 4-5 meter, dengan pijakan yang terdapat di bawah bambu, sekitar 50 cm dari ujung bambu”

Pada akhir penyampaian ibu mendeskripsikan peraturan dan cara bermain egrang yaitu :
1.  Permainan ini menggunakan 1 batang bambu yang berpasangan.
2.  Permaian ini dimainkan oleh 2 atau lebih pemain.
3.  Cara bermainnya siapa yang cepat sampai ke garis finish dialah pemenangnya.
4.  Dalam memainkan permainan ini diperlukan keseimbangan dan kecepatan melangkah.

“Sementara bakiak akan dijelaskan oleh Pak Riyadi” ungkap bu Larasati.

“baiklah, anak-anak perlu kalian ketahui bahwa bakiak sering disebut terompa galuak di Sumatera Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang panjang. Sepasang bakiak minimal memiliki tiga pasang sandal atau dimainkan tiga anak.
Bakiak sebenarnya permainan tradisional anak-anak di Sumatera Barat. Anak-anak dari Sumatera Barat yang dilahirkan hingga pertengahan tahun 1970-an, sering dan biasa memainkan bakiak atau terompah panjang ini. Bahkan, bakiak panjang ini menjadi salah satu mata acara permainan yang dilombakan dalam 17 Agustusan di tingkat kelurahan dan kecamatan”
Penjelasan ditutup Ibu Larasati dengan meniupkan peluit wasit 3 kali pertanda dibukanya lomba egrang dan bakiak untuk seremoni kelulusan angkatan kami SMP Insani Nusantara.

**
3 kelompok terbagi, yang mana Aku dan Andrian berada di kelompok pertama, Yoseph terbagi dalam kelompok terakhir. Di wala permainan aku harus mengakui kekalahan karena kalah saing dengan Andrian juga pun dengan teman-teman lainnya.

Sedangkan untuk lomba bakiak kelompok kami menjadi pemenang,
Aku, Yoseph dan Aneke terpilih dalam satu kelompok. Meskipun ketiga-tiganya berbeda bahasa, suku dan budaya sesungguhnya tidak mengurangi semangat dan kerjasama kami dalam kelompok. Yoseph anak Papua yang banyak bicara, Aneke dari Nusa Tenggara dan aki sendiri berasal dari sumatera.

Permainan tradisional Bakiak [sumber]


“Tapi jujur, aku tidak menyangka jika harus memenangkan lomba, apa mungkin, karena secara historis permainan bakiak berasal dari Sumatera maka peluang kemenangan lebih besar pada orang Sumatera sepertiku” gumam ku dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.

**

Sampailah pada acara penutupan yang mana setiap pemenang diberikan hadiah. Aku, Andrian, Yoseph juga Aneke pun mendapatkan hadiah.

Bu Larasati dan Pak Riyadi bersalaman dengan kami dan menutup acara dengan memberikan wejangan lagi”
“Anak-anak yang kami cintai, tetaplah menjadi pembelajar sejati, tetaplah membuka diri untuk terus belajar meskipun hanya pada filosofi permainan egrang dan bakiak ini” imbuh bu Larasati
Ditambahkan Pak Riyadi “Ya benar, sebagaimana egrang yang mengajarkan kalian untuk kuat berdikari (baca-berdiri di kaki sendiri) dan bakiak yang mengajarkan kerjasama, tolerasi dan kekuatan saling menghargai”

Meskipun kami bahagia mendapat beragam hadiah di acara penutupan ini kami cukup bersedih hati karena harus mengakhiri keragaman ini untuk kembali pulang ke masing-masing negeri kami.


Sampai puncak Acara, kami berpelukan, menangis tak terkendali namun kami siswa-siswi SMP Insani Nusantara tetap berjanji akan merawat keragaman ini untuk kemajuan bangsa kami yang sejati. 

Keragaman Indonesia [sumber]
#WritingProject1 #RamadhanProduktif #NulisSemangat

0 komentar:

Posting Komentar