Rinai bermunajat tepat di 0:53 saat jangkrik pun diam, tak berbunyi…
“Memori 5 tahun silam semoga bisa diabadikan dalam sebuah janji atas nama Tuhan”.
Rinai mungkin seperti gadis jelita biasa yang selalu memanjatkan doa-doa di sela tangisan kecil setelah shalat Malam usai. “Memori 5 tahun silam semoga bisa diabadikan dalam sebuah janji atas nama Tuhan”. Doa ini lagi-lagi diucapkan Rinai di tahun ini, tahun dimana tepat Rinai dan seseorang yang pernah ia temui di Kedai Kopi dekat Alun-alun Kota Kembang itu 5 tahun yang lalu.
Ya…5 Tahun Lalu, saat Rinai dan beberapa temannya yang tergolong aktif di LSM-Perempuan diundang ‘Diskusi’ di kedai Kopi yang terletak di sudut Braga. Sebagaimana Braga yang terlihat apik dengan jejeran Gedung-gedung peningggalan Belanda makin manis dipandang dengan gaya design art deco perlahan menciptakan nuansa literasi yang cukup mencengangkan. Sore menjelang senja hilang, Diskusi tentang Peran Perempuan dalam Pembangunan Bangsa itu mejadi senada dengan aroma heroic yang mungkin dipantulkan dari beberapa bangunan tua yang bersejarah itu.
Setelah debat berkali debat, setalah pendapat bertemu pendapat akhirnya berakhir pada sebuah kesimpulan sederhana, bahwa Kita Perempuan, dimana Rinai termasuk didalamnya memiliki tanggung jawab penuh dalam pembangunan bangsa. Mungkin bisa dikaitkan dengan dalil yang sedari tadi diulang-ulangi pemateri Soekarni Soecipta “Perempuan, adalah penggerak dan juga bom atom ‘penghancur’”. Jika dia mau bergerak, berkembanglah bangsa, jika hanya ingin tetap menjadi bom waktu.. tunggu saja kehancurannyanya, begitulah wanita!! tegas Soekarni menutup Diskusi sengit sejak senja mulai beranjak sampai malam hampir bertemu pagi.
Rinai hanya terperangah, sembari mencerna dalam-dalam makna tanggung jawab terhadap bangsa itu…. Dari jendela Kedai Kopi yang hanya terbuat dari pelepah kelapa terlihat sosok pemuda berjaket merah dengan jeans agak sobek bersandal japit bercengkrama diantara traffic light di sela hilir mudik kendaraan di Malam yang hampir senyap. Lelaki, yang dari Sore tadi hadir ikut mempermasalahkan ‘keberadaan’ perempuan dalam pembangunan, lelaki yang bisa dibilang egois-kritis-puitis itu lama-lama terlihat menarik dari kejauhan. Rinai setelah terperangah, tercengang dan terhanyutkan ..!!!
“Perempuan hanyalah rusuk kaum Adam, jangalah Gegabah dalam bertindak, ikuti saja alur yang ditorehkan dalam Kalam Indah yang telah diciptakan Tuhan. Tak perlu Mobilitas tinggi dengan gerakan-gerakan frontal yang terkesan menduplikat gagah-nya kaum Adam. Kelembutan bukanlah stagnansi. Kalian hanya akan mendaki puncak Gunung, menjamah perubahan-peradaban dengan kelemah-lembutan,” itu sajaaa..!!!
Pagi tiba dengan gilas..bayangan-banyangan semu tentang dia lelaki berjaket merah masih melekat tajam di ingatan Rinai. Mengapa demikian? Pendapat-pendapat yang diutarakannya semacam menampar idiologi Rinai sebagai sosok yang aktif bersentuhan dengan Gerakan ke-Perempuan-an!!
5 tahun setelah Memori di Braga, Kota kembang……
Suatu sore di Mesjid Raya di pusat Kota Jakarta… setelah melangsungkan shalat Ashar, Rinai ikut nimbrung menelaah dan mencermati bait-bait paparan Penceramah Muda yang berbakat itu. Entah siapa namanya… tapi hakikat dari penjelasan yang disampaikan tentang bagaimana tanggung jawab perempuan untuk pembangunan bangsa.
“Perempuan hanyalah rusuk kaum Adam, jangalah Gegabah dalam bertindak, ikuti saja alur yang ditorehkan dalam Kalam Indah yang telah diciptakan Tuhan. Tak perlu Mobilitas tinggi dengan gerakan-gerakan frontal yang terkesan menduplikat gagah-nya kaum Adam. Kelembutan bukanlah stagnansi. Kalian hanya akan mendaki puncak Gunung, menjamah perubahan-peradaban dengan kelemah-lembutan,” itu sajaaa..!!!
Rinai terperangah, tercengang dan terhanyutkan lagi!!!
Memori 5 tahun silam di Kota Kembang, ….
Diskusi tentang Peran Perempuan dalam Pembangunan Bangsa di Kedai Kopi itu……..
Sosok pemuda berjaket merah dengan jeans agak sobek bersandal japit diantara traffic light itu………….
Semacam hadir diantara mesin waktu berjalan mengantarkan Rinai pada Memori 5 Tahun Silam, sembari menggoyahkan ingatan Rinai untuk menyerapi lagi makna mengapa Sore ini ia harus terperangah, tercengang dan terhanyutkan lagi…….
Dan ….
Rinai Jatuh Cinta !!!
Rinai bermunajat tepat di 0:53 dini hari saat jangkrik pun diam, tak berbunyi… “Memori 5 tahun silam semoga bisa diabadikan dalam sebuah janji atas nama Tuhan”.
Munajat menjadi estafet Rinai untuk memperjuangkan memori 5 Tahun Silam, semoga sang-Pencipta Kalam Indah yang biasa kita sapa Tuhan memberikan jawaban… meskipun bukan di Kedai Kopi-Braga-Kota Kembang malam itu……….
11 April 2015
Bogor-2:54
0 komentar:
Posting Komentar