Manusia rajin menghamba
Manusia rajin menebar kebaikan
Kadang tangan di atas
Kadang seyum menyengir seolah peri-peri
penyelamat
Tetapi seketika, kemarahan dan
kebencian menggerogoti jiwa
Kemarahan dan kebencian terkadang
menjadikan manusia-manusia puas, alih-alih luka mengering tak tinggal bekas
Tak sadar, keduanya seperti
terali: mencengkram kita dalam jeruji-jeruji kesakitan
Perih….
Masa depan yang terbentang menjadi
kian sempit akibat sumpah serapah yang berlebihan
Manusia-manusia mengharapkan
karma menggilas siapa saja yang menyayat hati
Manusia-manusia bermunajat agar
petaka segera meniadakan kehidupan
Manusia membenci seperti kobaran
api yang nyalanya tiada henti
Bom amarah telah meledak
Bom amarah menggores luka hati manusia-manusia yang tak berdosa
Kebencian dan kemarahan akibat
cinta yang tak terbalas telah mengundang mudarat
Kebencian dan kemarahan atas nama
agama menjadikan tindakan sesat: membabi buta
Kini bom bisa meledak kapan saja
Manusia-manusia harus tetap
berwaspada
Ternate, 13 Mei 2018
Puisi dipublikasikan di Kompasiana
0 komentar:
Posting Komentar